Sukses Digelar, Begini Kemeriahan Perayaan Waisak 2024 di Bali

Perayaan Waisak 2024 telah berlangsung dengan sukses dan penuh khidmat. Pasalnya, tepat pada Kamis, 23 Mei 2024, lantunan gamelan bali mengiringi perayaan Tri Suci Waisak 2024 di Brahmavihara Arama, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, sore tadi. 

Umat mulai terus berdatangan ke salah satu wihara terbesar itu. Suasana perayaan Waisak di sana begitu kental dengan adat Bali. Berpadu alunan gamelan Bali, umat Buddha yang datang untuk bersembahyang di sana, banyak mengenakan pakaian adat Bali.

Mereka menghaturkan sarana berupa buah-buahan yang dibentuk menjadi pajegan. Pandita Madya Romo Ketut Rendah mengatakan bahwa persembahyangan umat budha di Brahmavihara Arama memang kental dengan budaya adat Bali. Hal itu sudah berlangsung sejak wihara ini didirikan. Salah satu tujuannya untuk melestarikan budaya adat yang ada di Bali.

“Iya jadi masalah sarana puja itu khusus di Brahmavihara kami menyesuaikan dengan budaya Bali,” kata Romo Ketut Rendah, ditemui seusai persembahyangan, Kamis (23/5/2024).

Perayaan Tri Suci Waisak dimulai dengan pradaksina. Umat Buddha melakukan pradaksina sekitar pukul 17.10 Wita. Mereka mengelilingi area pelataran taman stupa panca bala sebanyak tiga kali. Saat pradaksina, umat memegang sarana persembahyangan seperti bunga hingga dupa sambil mengusung relik para Buddha dan para Rahat. Pradaksina dipimpin oleh Pandita Madya, Romo Ketut Rendah.

Selesai pradaksina agenda dilanjutkan dengan pembacaan Kitab Suci Damapada. Setelah itu dilanjutkan dengan puja atau persembahyangan kemudian meditasi bersama. Sarana puja berupa pajegan, kata Romo Rendah, merupakan sarana pelengkap. Sementara sarana utama dalam puja terdiri dari dupa, bunga, lilin, dan air suci.

Masing-masing sarana tersebut memiliki makna tersendiri. Romo Rendah mengungkapkan bunga merupakan simbol ketidakkekalan, lilin simbol penerangan, dupa simbol harumnya dharma dan air sebagai simbol kesucian.

Setelah puja selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan acara syukuran makan bersama. Hidanganya berupa nasi yasa. Sebelum dibagikan kepada umat, hidangan tersebut dihaturkan di altar saat puja. Selanjutnya umat di Brahmavihara Arama akan melaksanakan meditasi saat detik-detik Waisak pukul 21.52 Wita hingga pukul 22.30 Wita.

Pelepasan Burung di Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar

Sementara di Denpasar, perayaan Waisak diwarnai dengan pelebasan ribuan burung. Kali ini, burung yang dilepas adalah 2.800 burung emprit atau burung pipit dan 15 burung tekukur. Prosesi ini dipusatkan di Vihara Buddha Sakyamuni, sore tadi. Bhante Vihara Buddha Sakyamuni YM Dhammaratano menjelaskan tujuan melepas satwa atau yang dikenal dengan Fang Sheng yakni membebaskan makhluk, terutama dari bahaya.

“Kami sebagai umat Buddha diharapkan bisa membebaskan makhluk dari mara bahaya dari ketakutan maupun khawatir, karena semua ingin hidup bahagia bahkan di dalam Buddhis kami mengenal metta ajaran kasih sayang makhluk hidup tanpa kecuali,” ungkapnya di sela acara.

Bhante menjelaskan umat Buddha senantiasa memiliki metta kepada makhluk terkecilpun. Jangan sampai membunuh, melukai, maupun merusak apalagi tidak memberi kehidupan bagi mereka.

Ketua Majelis Agama Buddha Cabang Denpasar Magabudhi, Sutikno Gunawan(64) menyampaikan selain pelepasan burung juga ada kegiatan lainnya seperti Mahajata, Pindapata, dan Pattidana.

“Hari ini dipusatkan untuk merayakan Tri Suci Waisak 2568 Budhis Era (atau) tahun 2024, sore hari ini merupakan puncak dari sebulan kegiatan yang dilakukan diawali dengan perayaan Mahajata, yang sekaligus ulang tahun Vihara Buddha Sakyamuni,” terangnya.

Perayaan Waisak di Klungkung

Detik-detik perayaan Waisak diawali dengan prosesi pradaksina.Pradaksina merupakan penghormatan bersama dengan mengitari Wihara Dharma Ratna dan Klenteng Zong Zi Miao. Sambil berjalan dengan sikap anjali (cakup tangan di dada) searah jarum jam sebanyak tiga putaran, umat Buddha juga memegang dupa dan bunga sedap malam.

Pemimpin ritual, Pendeta Romo Pandita Putu Wilmana mengatakan pradaksina untuk menyucikan benda sakral dengan doa dan diikuti oleh seluruh umat yang hadir. Prosesi ini, memunculkan nilai luhur dalam batin dan tidak semata-mata konsentrasi, dan diharapkan menjadi teladan sehari-hari.

“Kalau di Bali namanya purwadaksina, yang juga dilaksanakan dengan keliling tempat suci dengan tujuan sama yakni pembersihan atau penyucian sebelum prosesi pucak dilaksanakan,” terangnya.

Putu Wilmana menjelaskan Waisak dilaksanakan untuk memperingati hari lahir Sidharta Gotama (calon Buddha Gautama), momen Sidharta mendapatkan pencerahan ilmu, dan hari mangkatnya Buddha. Setelah pradaksina dilanjutkan dengan kebaktian, meditasi dan terakhir sembahyang puja bakti.