Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang terkenal dengan multi etnisnya. Pasalnya, bukan hanya didominasi oleh suku Melayu saja, melainkan juga beragam suku lainnya yakni berupa batak, Jawa, India dan China. Bahkan agama di provinsi tersebut juga beragam. Yang terdiri dari Islam, Hindu, Kristen, hingga Budha.
Oleh karena itu, jangan heran bila anda datang mengunjungi provinsi tersebut kalian akan menemukan beragam tempat wisata khususnya wisata religi. Wisata religi berupa masjid saja tersebar luas di provinsi ini. Baik itu di ibu kota Medan, maupun daerah lainnya seperti Langkat, Serdang Bedagai, maupun Tapanuli Selatan. Ditambah lagi arsitekturnya juga cantik dan mengagumkan sehingga tidak hanya akan membuat anda nyaman beribadah namun juga berfoto ala Instagramable.
Nah penasaran dengan masjid cantik di Sumatera Utara itu? Kali ini tim kovermagz akan mengajak Anda untuk berkeliling menyusuri provinsi Sumatera Utara. Simak selengkapnya di sini!
Masjid Raya Al-Mashun Medan
Merupakan satu dari beberapa ikon kebanggaan masyarakat Kota Medan. Namanya Masjid Raya Al- Mashun. Lokasinya ada di inti Kota Medan atau tepatnya di Jalan Sisingamangaraja Medan.
Masjid ini dibuat oleh arsitek asal Belanda dan pertama kali dibangun pada tahun 1906 dan selesai di tahun 1909 dengan memiliki konsep arsitektur perpaduan dari tiga negara, yakni Asia, Eropa dan juga Timur Tengah. Bentuk Masjid Raya Medan juga dibangun dengan segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, barat, dan utara. Masjid Raya Medan juga dikenal sebagai saksi kehebatan suku Melayu dan Kesultanan Deli.
Seluruh biaya pembangunannya sebesar satu juta gulden Belanda bahkan ditanggung sendiri oleh sultan pada masa itu, Sultan Maamun Al-Rasyid. Hingga saat ini, Masjid Al-Mashun masih terawat dengan baik dan dikunjungi oleh wisatawan.
Masjid Raya Al Osmani Labuhan Deli Medan
Masjid Raya Al Osmani berada tepat di Jalan K L Yos Sudarso, Kelurahan Pekanlabuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, Sumatera Utara. Ini merupakan masjid cantik di Sumatera Utara yang patut anda kunjungi.
Didominasi dengan warna kuningnya yang begitu mencolok khas Melayu, siapa sangka bila usianya sudah menginjak 164 tahun. Ini adalah rumah ibadah Islam tertua di Kota Medan, buah tangan arsitek Jerman GD Langereis.
Saat itu, Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam yang tak lain putra kandung Sultan Osman Perkasa Alam meminta Langereis merenovasi masjid yang masih berbentuk bangunan sederhana dari kayu dalam tempo tiga bulan. Permintaan sultan terpenuhi dengan lahirnya bangunan megah yang kuat unsur arsitektur India, Tiongkok, Timur Tengah, Eropa dan Melayu.
Selain beribadah, anda juga bisa melihat lima makam raja deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sultan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sultan Mahmud Perkasa Alam.
Masjid Agung Medan Sumatera Utara
Siapa, sih yang belum kenal dengan Masjid Agung Medan? Masjid yang dahulu memiliki bentuk yang biasa kini sudah berganti wajah yang baru. Masjid ini memiliki tampilan megah hingga terkesan begitu mewah yang membuat pengunjung sangat ingin melihat bangunan barunya.
Melansir dari kemenag.go.id, masjid ini sudah mulai dibangun sejak 2016 silam. Kemudian diresmikan langsung oleh Kementerian Agama Repuplik Indonesia, yang saat itu dijabat oleh Lukman Hakim Saifuddin sebagai Menteri Agama. Pembangunan masjid ini dirancang oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Utara dengan desain yang futuristis, dan memiliki menara tertinggi ketiga di dunia, yakni 199 meter
Masjid Agung Medan dinobatkan sebagai salah satu masjid termegah di Asia yang katanya dapat menampung hingga kurang lebih 10.000 jemaah umat Islam. Selain tampilan luarnya yang megah, fasilitas di dalam Masjid Agung Medan ini tak kalah bagus. Pasalnya terdapat lift, eskalator, meeting room, perpustakaan, galeri, dan ramp difabel yang menjadi pusat perhatian para pengunjung.
Masjid Azizi Langkat
Masjid Azizi menyimpan catatan sejarah pertumbuhan masyarakat secara umum maupun dikaitkan dengan historiografi sejarah Islam di daerah Sumatera. Pendirinya adalah Tengku Sultan Abdul Aziz bin Tengku Sultan Haji Musa al-Khalidy al-Muazhzham Syah.
Raja Langkat itu membangun Masjid Azizi di daerah Langkat, Tanjung Pura, Sumatera Utara, antara tahun 1862 sampai wafatnya tahun 1896. Pembangunan yang belum tuntas diteruskan anaknya, Tengku Sultan Mahmud Rahmat Syah bin Abdul Aziz, tahun 1936.
Masjid Azizi bercorak bangunan kuno dan dari segi bangunannya memiliki perpaduan antara zaman Belanda, Jepang, dan Republik. Kubahnya menyembul ke atas dibuat dari tembaga yang beratnya 40 ton serta lampu gantung terbuat dari kristal di dalam bangunan.
Masjid Agung H. Ahmad Bakrie
Merupakan masjid agung yang berada di Kabupaten Asahan, tepatnya di Jalan Lintas Sumatera, Desa Sidomukti, Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan. Masjid ini berdiri di tanah seluas 4 hektar, diatas tanah milik PT. Bakri Sumatera Plantation (BSP).
Pada saat itu tanah ini merupakan tanah Hak Guna Usaha (HGU) yang dimiliki PT tersebut kemudian di wakafkan untuk pembangunan masjid. Adopsi nama dari masjid ini merupakan suatu bentuk penghormatan dari mendiang H. Ahmad Bakri, ayah dari Abu Rizal Bakri.
Pembangunan Masjid Agung H. Ahmad Bakrie menghabiskan dana sekitar Rp. 68 miliar, dan didanai oleh pemerintah Asahan dari dana APBD (Anggaran Pembangunan Daerah). Pembangunannya memerlukan waktu sekitar 4 tahun, dari tahun 2011 hingga tahun 2015.
Masjid Agung Serdang Bedagai
Meskipun baru diresmikan pada 7 Januari 2021 tepat pada hari ulang tahun Kabupaten Sergai ke-17, masjid ini tak pernah sepi pengunjung. Mereka tidak hanya datang untuk beribadah, namun juga untuk menikmati suasana damai di area masjid, serta berswafoto di tiap sudut bangunan masjid yang megah dan indah itu.
Masjid Agung Sergai merupakan program dari Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) untuk memajukan daerahnya dalam bidang kereligiusan. Pemkab Sergai berharap dengan hadirnya Masjid Agung, daerah mereka dapat memiliki sebuah ikon kebanggaan.
Masjid Agung Sergai ini terdiri dari tiga lantai utama yang digunakan untuk sholat. Namun yang paling unik, masjid ini menyediakan kotal amal dengan design yang tidak biasa, mirip kuburan dan keranda. Kotak itu bertujuan agar masyarakat yang datang selalu menyisihkan uangnya untuk bersedekah.
Masjid Agung Syahrun Nur Sipirok Tapanuli Selatan
Berlokasi di Tapanuli Selatan, Sipirok, Sumatera Utara. Masjid Agung Syahrun Nur Sipirok sudah diresmikan pada 2021 lalu oleh Bupati Tapanuli Syahrul Martua Pasaribu. Kendati begitu, masjid agung ini tidak ada henti-hentinya menyita perhatian para wisatawan. Bagaimana tidak?
Lokasinya yang berada tepat di antara Bukit Barisan membuat masjid ini dianugerahi pemandangan indah, sejuk sekaligus hangat. Ditambah lagi, bangunan masjid ini sekilas hampir mirip dengan Masjid Nabawi yang ada di Madinah.
Yang mana dilengkapi 1 kubah dan 4 menara dengan memadukan gaya arsitektur dari Turki dan Timur Tengah yang dilengkapi desain ornamen budaya lokal. Meski mengusung gaya arsitektur Timur Tengah, namun ciri khas Batak Mandailing, Tapanuli Selatan masih melekat jelas. Pasalnya, bangunan masjid ini memiliki banyak ukiran singap dengan campuran warna hijau, merah, dan putih yang mirip seperti kain Ulos.
Beberapa bagian bangunan masjid juga mirip dengan bentuk bangunan rumah adat Tapanuli Selatan yang biasa disebut Bagas Godang. Perpaduan ini terlihat semakin indah saat berada di dalam bangunan masjid. Pada bagian kubah terlihat kaligrafi yang dipadu dengan lampu sehingga menambah kesan mewah.
Masjid Agung Tebing Tinggi
Dikenal sebagai Kota Lemang sejak dahulu, kini Kota Tebing Tinggi memiliki wajah baru dengan ikon Masjid Agung-nya yang megah bak istana. Masjid tersebut berada di Jalan Medan-Tebingtinggi, Kelurahan Lalang, Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi.
Masjid ini diresmikan oleh Gubernur Edy Rahmayadi dan Wali Kota Umar Zubaidi Hasibuan, 30 Januari 2019. Pembangunan Mesjid Agung dan Islamic Centre selama beberapa tahun ini menelan biaya Rp 64 miliar dari APBD Kota Tebingtinggi.
Nah, dengan lokasinya yang hanya beberapa meter dari Simpang Beo yang merupakan titik pertemuan jalur lintas Tebingtinggi-Siantar dan Tebingtinggi-Kisaran, maka tak jarang masjid satu ini menjadi perhentian para pengendara.
Desain Masjid Agung sangat megah dengan dominasi warna putih keabu-abuan dan hitam di luarnya. Kehadiran masjid satu ini tentu membuat siapapun pangling tatkala melintasi jalan nasiojal ini. Terdapat dua menara beratap kubah yang menjulang mengapit bangunan utama. Bangunan utama juga memiliki kubah besar di tengah, dan empat kubah di tiap sisi. Rangkaian relief bunga dan geometris pada dinding memberi kesan mewah masjid ini.
Kemudian di dalam masjid, dominasi warna tak berubah. Areal mihrab memiliki warna perunggu dengan corak kaligrafi. Adapun mimbar masih mengandalkan material kayu layaknya masjid biasa pada umumnya dengan adanya kubah di atasnya.